Kitab Sutasoma Karangan Dari Siapa

Kitab Sutasoma Karangan Dari Siapa

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

Yuk, beri rating untuk berterima kasih pada penjawab soal!

SuaraJogja.id - Kitab Sutasoma atau kakawin Sutasoma adalah kitab dalam bahasa Jawa kuno.

Kitab Sutasoma adalah kitab termasyhur karena setengah bait kitab ini menjadi motto Indonesia: Bhinneka Ttunggal Ika.

Semboyan ini tidaklah tanpa sebab diambil, melainkan karena artinya yang sangat bermakna.

Beberapa kutipan dari kitab ini adalah: Rwneka dhtu winuwus Buddha Wiswa artinya Konon Buddha dan Siwa merupakan dua zat yang berbeda.

Baca Juga:Kewajiban Umat Muslim Beriman Kepada Kitab-Kitab Sebelum Al Quran

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen artinya mereka memang berbeda, tetapi bagaimanakah bisa dikenali?

Mangka ng Jinatwa kalawan iwatatwa tunggal artinya sebab kebenaran Jina (Buddha) dan Siwa adalah tunggal.

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa artinya berbeda-beda manunggal menjadi satu, tidak ada kebenaran yang mendua.

Kitab ini dikarang oleh mpu Tantular yang hidup pada masa keemasan Kerajaan Majapahit di bawah pimpinan prabu Rajasanagara atau Hayam Wuruk.

Karya ini diperkirakan dibuat pada tahun 1365 dan pada tahun 1389 saat akhirnya Hayam Wuruk meninggal.

Baca Juga:Kitab Taurat Diturunkan kepada Nabi Musa AS, Bagaimana Isinya?

Selain kitab Sutasoma, mpu Tantular juga menulis kitab Arunawijaya.

Kitab ini dibuat dalam tulisan tangan di atas lontar atau kertas. Kebanyakan berasal dari pulau Bali, namun ada naskah yang dari Pulau Jawa dan memuat “Koleksi Merapi Merbabu” yakni naskah kuno sekitar Jawa Tengah.

Kepopuleran kitab ini adalah karena I Gusti Sugriwa kerap mengajarkannya. Ia adalah sastrawan dari Bali.

Saat ini generasi muda dapat mengilhami Pancasila dan motto bangsa Indonesia yang berasal dari Kitab Sutasoma.

Demikian penjelasan terkait dengan kitab sutasoma karangan mpu Tantular.

Kitab ini berasal dari Pulau Bali, tetapi beberapa naskahnya diketahui berasal dari pulau Jawa.

Kitab ini diterbitkan sekitar akhir abad ke 14 dan masih menjadi bahan pelajaran hingga sekarang.

Eksistensi kitab sutasoma dimulai saat I Gusti Sugriwa, seorang sastrawan asal Bali mempelajarinya lalu mengajarkannya untuk masyarakat sekitar.

Saat ini, perihal populer terkait kitab ini adalah terkait motto negara Indonesia yakni Bhinneka Tunggal Ika yang artinya Berbeda Menunggal menjadi satu atau pengertian yang lebih familiarnya adalah berbeda-beda tetapi tetap satu jua.

Kutipan kitab tersebut menjadi motto bangsa Indonesia dan diharapkan agar warga negara Indonesia tetap mempertahankan kesatuan dan persatuan.

BHINNEKA Tunggal Ika adalah semboyan bangsa yang tertulis pada simbol negara, Garuda Pancasila. Frasa Bhinneka Tunggal Ika memiliki makna berbeda-beda tapi tetap satu. Bhinneka Tunggal Ika berasal dari Kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular.

Kitab Sutasoma atau Kakawin Sutasoma merupakan karya sastra yang merupakan peninggalan oleh Mpu Tantular. Kitab ini ditulis dalam bahasa Jawa Kuno dan tercipta di akhir abad ke-14.

Menurut buku Pesona dan Sisi Kelam Majapahit oleh Sri Wintala Achmad, kitab Sutasoma digubah di bawah naungan Sri Ranamanggala. Gubahan tersebut memuat ide-ide religius, mengenai agama Buddha Mahayana dan hubungannya dengan agama Siwa.

Kitab Sutasoma memiliki rangkuman isi yang menceritakan upaya Sutasoma sebagai titisan Sang Hyang Buddha untuk menegakkan dharma. Dengan melakukan semedi di suatu candi, Sutasoma mendapatkan anugerah dan pergi ke pegunungan Himalaya. Sekembalinya dari sana, Sutasoma dinobatkan sebagai raja bergelar Prabu Sutasoma.

Kitab Peninggalan Kerajaan Majapahit

Kitab ini ditulis oleh Mpu Tantular pada masa Kerajaan Majapahit di bawah kepemimpinan Hayam Wuruk, tepatnya di sekitar tahun 1851 Masehi. Kitab ini berisikan perjalanan seorang pangeran dari Negeri Hastinapura bernama Sutasoma dalam menemukan makna hidup sesungguhnya.

Naskah Sutasoma mengandung makna semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dikutip dari pupuh 139 bait 5, yaitu Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu. Sebab, tidak ada kebenaran yang mendua.

Kitab Negarakertagama

Kitab hasil tulisan Mpu Prapanca ini pertama kali ditemukan di tahun 1894 di istana Raja Lombok. Seorang peneliti, J.L.A Brandes berhasil menyelamatkan kitab ini sebelum dibakar bersama seluruh buku di perpustakaan kerajaan.

Kitab Negarakertagama menjadi saksi valid pada masa pemerintahan Hayam Wuruk di Kerajaan Majapahit pada tahun 1365 M. Inti dari keseluruhan isi kitab ini ialah penjelasan mengenai silsilah raja-raja Majapahit, wilayah Kerajaan Majapahit, keadaan kota, upacara Sradha, maupun negara-negara bawahan Majapahit.

Kitab Tantu Pagelaran

Tantu Panggelaran ditulis dalam bahasa Jawa Pertengahan pada zaman Majapahit. Suntingan teks yang sangat penting telah terbit pada tahun 1924 di Leiden oleh Dr. Th. Pigeaud.

Tantu Panggelaran adalah sebuah teks prosa yang menceritakan tentang kisah penciptaan manusia di pulau Jawa dan segala aturan yang harus ditaati manusia.

Asal mula Bhinneka Tunggal Ika

Kutipan frasa Bhinneka Tunggal Ika terdapat di dalam Kakawin Sutasoma pada pupuh 139 bait 5. Berikut isinya.

Rwaneka dhatu winuwus Buddha Wiswa

Bhinnêki rakwa ring apan kena parwanosen

Mangka ng Jinatwa kalawan Siwatatwa tunggal

Bhinnêka tunggal ika tan hana dharma mangrwa

Karena itu, dari Kitab Sutasoma frasa Bhinneka Tunggal Ika ikut lahir. Kini frasa itu menjadi semboyan rakyat Indonesia dalam berbangsa dan bernegara. (OL-14)

Kitab Negarakertagama merupakan salah satu kitab peninggalan Kerajaan Majapahit. Foto/Wikipedia Commons

Sejumlah kitab peninggalan

ini bisa menjadi bukti bahwa kerajaan nusantara itu pernah berdiri dan berkuasa di Tanah Air. Mengingat Kerajaan Majapahit pernah menjadi salah satu kerajaan terbesar, pastinya memiliki banyak peninggalan.

Terdapat banyak candi dan prasasti yang membuktikan keberadaan Kerajaan Majapahit di masa lalu. Namun selain dua jenis peninggalan tersebut, terdapat pula beberapa kitab yang menceritakan kisah-kisah tertentu.

Kitab-kitab yang menjadi peninggalan dari Kerajaan Majapahit terbilang beragam dan bervariasi, memperlihatkan jika karya sastra juga menjadi salah satu warisan intelektual yang diwariskan. Berikut ini beberapa kitab peninggalan Kerajaan Majapahit.

Kitab Arjunawijaya

Kitab buatan Mpu Tantular ini dibuat pada masa pemerintahan Hayam Wuruk, yang berkuasa antara 1350-1389 M. Dalam kitab ini banyak mengisahkan tentang Arjunawijaya si sakti mandraguna yang merupakan titisan Batara Wisnu.

Dalam kitab ini dikisahkan juga romansa antara Arjunawijaya dengan Dewi Citrawati, dan perang antara Arjunawijaya melawan Rahwana yang ingin merebut kekasihnya.

Kitab Parthayajna atau Kakawin Parthayajña adalah sebuah kakawin dalam bahasa Jawa Kuno. Kakawin ini menceritakan pertapaan Arjuna di gunung Indrakila. Meski begitu, bahasa dalam kitab ini lebih bersifat falsafi dan sangat sulit dipahami.

Itulah lima kitab dari Kerajaan Majapahit, dari kitab-kitab inilah muncul berbagai mitos, cerita rakyat, hingga legenda yang berkembang di lingkungan masyarakat.

Anda mungkin ingin melihat